Tautan ke halaman Si Buta Dari Gua Hantu lainnya
Cerita yang berlatar di Nusantara di zaman kolonial Hindia Belanda, di sebuah Desa yang tentram dan damai. Musim buah mulai panen tampak seorang pengembara buta yang misterius kebetulan melawati Desa tersebut.
Sepasang kekasih yang sudah berencana untuk segera menikah (Barda Mandrawata dengan Marni Dewiyanti) sedang menuju sawah, Bapaknya yang sudah siap menunggu untuk makan siang.
Ketika Marni Dewiyanti yang sedang beristirahat disawah, untuk makan siang. Tiba-tiba saja mereka diusik oleh seorang pengembara buta yang tanpa alasan yang jelas, langsung mengganggu mereka. Berakhir dengan tragedi terbunuhnya dua orang ini, Marni dan ayahnya.
Berselang setelahnya, saat penduduk yang kebetulan lewat di lokasi pembunuhan, melihat sosok Marni dan ayahnya sudah meninggal. penduduk tersebut sempat mengejar si pembunuh dan terjadilah pertarungan yang tidak seimbang.
penduduk yang jumlahnya lebih banyak itupun akhirnya terbunuh. Tinggal satu orang yang sengaja dibiarkan hidup untuk dititipi pesan oleh orang buta itu.
Pesannya adalah tantangan pada guru perguruan Elang Putih untuk bertarung dilembah Jagat Pangeran. Saat itu pulalah orang buta sakti itu memperkenalkan namanya sebagai Si Mata Malaikat. Rupanya ini adalah awal dari kisah panjang Si Buta Dari Goa Hantu.
Perguruan Elang Putih adalah milik Paksi Sakti Indrawatara, ayah dari Barda Mandrawata, kekasih Marni yang terbunuh oleh Si Mata Malaikat. Atas kekecewaan tersebut dan karena sadar akan kemampuannya sendiri, akhirnya Barda Mandrawata mengangsikan diri dari desanya untuk kemudian melatih diri dalam pengasingannya.
Di sisi lain, Mata Malaikat menguasai perkampungan dan melakukan pembantaian terhadap sisa-sisa murid perguruan Elang Putih. Dalam pengasingan Barda terus melatih diri, bahkan sampai mengalami proses keputusasaan yang luar biasa. Yang lebih mengejutkan lagi adalah keputusannya untuk membutakan matanya yang kemudian dikenal dengan Si Buta Dari Goa Hantu.
- Untuk versi Revolusi ada sedikit perbedaan